Kamis, 08 Agustus 2013

Bacaan untuk Mengisi Lebaran

05.13 By




1. Surga Retak karya Syahmedi Dean
Novel ini cukup menggugah, berkisah tentang pencarian akan makna cinta.  Bagian menariknya, seperti kutipan berikut; "Bapak mempertaruhkan Ibu di meja judi, padahal dalam pertaruhan kelas seribu rupiahan saja Bapak selalu kalah. Perhitungan Bapak terlalu gegabah, tidak sebanding dengan keberanian orang-orang lain yang sudah terlatih berjudi sejak Belanda mengembangkan kapitalisme di tanah Deli."

Bagi yang akrab dengan karya Syahmedia Dean, tentu mengira Surga Retak hadir dengan gaya penulisan yang berbeda, meskipun tetap nikmat untuk dibaca. Selain Surga Retak, empat buku Syahmedi juga kembali hadir dalam bentuknya yang lain. Keempatnya yakni Bohemia - Pengantin Gypsy dan Penipu Cinta, Monsoon - Apa Maksud Setuang Air Teh, Ednastoria - Lontong Sayur Dalam Lembaran Fashion, dan J'Adore (Jakarta Paris via French Kiss)
 
2. Semusim, dan Semusim Lagi karya Andina Dwifatma
Novel ini merupakan karya Pemenang Sayembara Menulis Novel Dewan Kesenian Jakarta 2012. Dewan juri menilai karya ini “... Ditulis dengan teknik penceritaan yang intens, serius, eksploratif, dan mencekam.”

Seno Gumira Ajidarma juga memberi pujian untuk karya Andina ini. Katanya, dari sebuah sajak, sang penulis memindahkan suatu baris dan menjadikannya suatu judul, lantas melanjutkannya dengan kalimat demi kalimat, yang akhirnya terbentuk menjadi roman ini. "Saya kira itulah cara yang baik untuk merayakan keberadaan kata, di tengah dunia yang lebih sering tak sadar bahwa kata itu ada, sehingga menyia-nyiakannya. Namun menulis bukanlah satu-satunya cara, karena masih ada cara lain untuk merayakannya, yakni membacanya."

3. Baju Bulan: Seuntai Puisi Pilihan karya Joko Pinurbo 
Bagaimana rasanya menikmati seuntai sajak? Bukalah buku kumpulan sajak Joko Pinurbo ini. Di dalamnya dia menuliskan, "Rindu seperti sajak sederhana yang tak ada matinya." Atau "Setelah punya rumah, apa cita-citamu? Kecil saja: ingin sampai rumah saat senja supaya saya dan senja sempat minum teh bersama di depan jendela."

Buku ini berisi 60 puisi pilihan Joko Pinurbo yang ditulisnya dalam rentang waktu 1991-2012. Ada yang unik dalam setiap puisi Joko, yang meski tampak sederhana, namun sarat makna; di sana-sini mengandung humor dan ironi yang menyentuh absurditas hidup sehari-hari. Membaca puisi-puisinya adalah memasuki tamasya rohani yang mengasyikkan dan sering mengejutkan.

4. La Tahzan karya Ninit Yunita
Ya, filmnya yang dibintangi Atiqah Hasiholan, Joe Taslim, dan Ario Bayu sedang tayang di bioskop saat ini, seperti gambar yang tertera di sampulnya. Novel romantis ini punya gaya bercerita yang cukup asik untuk diikuti.

Novel ini mengisahkan tentang Viona, yang rela terbang meninggalkan tanah air menuju Negeri Sakura demi menemukan cinta dan impiannya. Tentu saja tidak semulus yang dibayangkan, di Jepang dia menghadapi banyak persoalan. Ia bertemu seorang pria Jepang berdarah campuran Indonesia bernama Yamada, yang kemudian mendekatinya. Sementara pencariannya akan cinta lama bernama Hasan menciptakan kisah yang lain.
 
5. Senyum Karyamin karya Ahmad Tohari
Masih ingat dengan Ronggeng Dukuh Paruk? Yang ini merupakan kumpulan cerita pendek dari penulisnya, Ahmad Tohari. Ada 13 cerpen yang ditulis antara tahun 1976 dan 1986, dan menyajikan kehidupan pedesaan yang penuh metafora dan ironi. Ada yang bilang membaca karya Ahmad Tohari adalah menemukan Indonesia yang sesungguhnya. Begitu juga kumpulan cerpen ini.

6. Skenario Remang-remang karya Jessica Huwae
Ada yang menarik dari cerita Jessica Huwae ini. Bahkan Joko Pinurbo memberi testimoni yang tak kalah menariknya. Kata dia, "Ada harga yang harus dibayar dengan menjadi perempuan. Itulah salah satu kalimat kunci yang merangsang dalam kumpulan cerita ini. Dari situ kita diajak untuk menyelami betapa perempuan begitu sensitif terhadap detail; detail tubuh, detail perasaan, detail waktu, detail kenangan, bahkan detail nasib. Barangkali karena itulah perempuan lebih bisa menghayati misteri nasib seperti ia bisa merasakan adanya hubungan magis antara tangan yang bekerja dalam derita dan lezatnya masakan."

0 komentar:

Posting Komentar